Hirarki Pengendalian Bahaya

Pengertian Hirarki Pengendalian Bahaya dan Contohnya

Posted on

Bengkeltv.idPengertian Hirarki Pengendalian Bahaya dan Contohnya. Pengendalian merupakan fondasi utama bagi setiap organisasi yang ingin mencapai tujuan dan menjaga kinerja optimal. Dalam ranah manajemen, konsep hirarki pengendalian menjadi kunci dalam merancang sistem yang terstruktur dan efektif. Hirarki pengendalian tidak hanya sekadar aturan yang diterapkan, tetapi juga sebuah strategi terencana untuk mengoptimalkan proses internal.

Hirarki pengendalian mencakup berbagai tingkatan, mulai dari pengendalian strategis hingga operasional. Setiap tingkatan memiliki peranannya sendiri dalam menjamin bahwa organisasi bergerak sesuai rencana, meminimalkan risiko, dan meningkatkan efisiensi. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai konsep hirarki pengendalian, bagaimana menerapkannya dalam konteks organisasi, dan mengapa hal ini menjadi kunci dalam mencapai keberhasilan jangka panjang.

Mari kita menjelajahi bagaimana penggunaan hirarki pengendalian dapat membentuk lKaliansan yang kokoh untuk meraih tujuan organisasi serta menghadapi berbagai tantangan yang mungkin muncul dalam perjalanan menuju kesuksesan.

Pengertian Hirarki Pengendalian Bahaya

Hierarki pengendalian adalah sistem yang digunakan untuk mengelola potensi bahaya di lingkungan kerja. Dalam stKalianr ISO 45001, hierarki pengendalian diterapkan sebagai pendekatan sistematis untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), dengan cara menghilangkan bahaya serta mengurangi dan mengendalikan risiko yang terkait.

Proses hierarki pengendalian dijalankan secara berurutan, dimulai dari tingkat efektivitas, perlindungan, dan kekalianan yang paling tinggi, hingga mencapai tahap dengan tingkat efektivitas, perlindungan, dan kekalianan yang lebih rendah dan kurang dapat diKalianlkan.

Eliminasi atau penghapusan bahaya menjadi langkah tertinggi dalam hierarki, diikuti oleh tindakan mengurangi risiko melalui substitusi dan rekayasa teknologi. Langkah selanjutnya melibatkan pengendalian administratif, sedangkan pengurangan risiko dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) menjadi tahap pengendalian terendah dan hanya digunakan sebagai langkah ‘terakhir’.

Bagaimana Cara Kerjanya?

Ancaman yang telah diidentifikasi dan dinilai memerlukan tindakan pengendalian untuk menghilangkan atau mengurangi risiko hingga tingkat yang aman.

Penting bagi Kalian untuk dapat menilai apakah langkah-langkah pengendalian yang ada sudah memadai, perlu diperbaiki, atau bahkan membutuhkan tindakan pengendalian baru. Jika diperlukan langkah pengendalian tambahan atau perbaikan, pemilihan harus didasarkan pada prinsip hierarki pengendalian.

Untuk memahami berbagai tingkatan pengendalian terhadap ancaman dengan lebih rinci, silakan ikuti penjelasan di bawah ini.

Hirarki Pengendalian Bahaya

1. Eliminasi

Tahap paling tinggi dalam struktur pengendalian risiko adalah eliminasi, di mana tujuan utamanya adalah menghilangkan sepenuhnya bahaya agar tidak menimbulkan risiko bagi pekerja.

Baca juga:  Apa Itu Bahan Cotton Combed? Penjelasan Lengkapnya

Namun, dalam beberapa situasi, pelaksanaan eliminasi bisa menghadapi beberapa hambatan, terutama ketika pekerja menghadapi kompleksitas masalah yang sulit diatasi.

Meskipun demikian, dalam kasus yang lebih sederhana, tindakan eliminasi dapat dilakukan dengan cepat dan mudah, sehingga masalahnya tidak berdampak signifikan, meskipun hasilnya mungkin tidak terlalu mencolok.

Sebagai contoh:
seorang ahli K3 menemukan tumpahan cairan yang dapat menyebabkan kecelakaan karena membuat lantai menjadi licin. Untuk mengatasi hal ini, langkah eliminasi diambil dengan mengeringkan cairan tersebut sepenuhnya, misalnya, menggunakan kain pel atau peralatan serupa.

Namun, untuk risiko yang lebih serius seperti potensi longsor atau paparan gas beracun, eliminasi mungkin sulit dilakukan karena sumbernya terkait dengan faktor alam.

Oleh karena itu, jika eliminasi tidak dapat dilaksanakan, langkah berikutnya dalam hierarki pengendalian risiko diambil. Substitusi atau penggantian dengan solusi serupa menjadi alternatif yang dapat dipertimbangkan.

2. Substitusi

Substitusi menjadi langkah kedua dalam implementasi pengendalian bahaya. Hirarki pengendalian bahaya ini diterapkan berdasarkan beberapa pertimbangan.

Salah satu pertimbangan tersebut adalah ketidakmampuan suatu lembaga atau perusahaan untuk melakukan eliminasi. Oleh karena itu, mereka perlu mengadopsi proses substitusi sebagai alternatif yang lebih layak.

Selain itu, modifikasi juga bisa diterapkan sebagai langkah awal. Dengan melakukan modifikasi, risiko bahaya dapat diminimalkan, sehingga dampaknya pada pekerja dapat dikurangi.

Sebagai contoh:
anggaplah sebuah perusahaan memiliki mesin untuk memproduksi produk dalam jumlah besar. Sayangnya, mesin tersebut mengalami masalah sehingga menghasilkan suara yang sangat bising.

Suara tersebut dapat mengganggu kenyamanan para pekerja yang harus berada di sekitarnya selama berjam-jam. Namun, perusahaan tidak memiliki dana untuk mengganti atau menghilangkan mesin tersebut.

Solusi yang dapat diambil adalah melakukan substitusi dengan mesin yang memiliki fungsi serupa. Sebagai alternatif eliminasi, substitusi dipilih dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber daya.

Yang terpenting, mesin masih dapat beroperasi, dan produksi produk dapat tetap berjalan sesuai dengan tujuan perusahaan.

3. Perancangan / Engineering Control

Terhubung dengan poin sebelumnya yang menyoroti penggantian sebagai metode untuk mengurangi risiko atau mengelola situasi, pada tahap ini, tenaga kerja atau profesional K3 akan menerapkan pendekatan desain dalam tindakan pengendalian.

Mereka akan melakukan modifikasi pada suatu objek atau elemen yang memiliki potensi risiko.

Sebagai contoh:
Mari kita lihat contoh terkait mesin yang menghasilkan kebisingan, seperti yang telah dibahas sebelumnya.

Baca juga:  Cara Update Firmware TV LED Polytron : Panduan Mudah

Sebagai opsi pengganti untuk mengganti atau membeli mesin baru, perusahaan memilih untuk mengubah mesin tersebut agar tingkat kebisingannya dapat dikendalikan.

Sehingga, pekerja di sekitarnya tidak akan terganggu oleh kebisingan tersebut. Bahkan, mereka dapat menggunakan penutup telinga untuk meminimalkan dampak suara yang dihasilkan.

4. Administrasi

Pelaksanaan tahap administrasi dilakukan dengan merumuskan peraturan yang bertujuan untuk mengurangi risiko. Dalam konteks ini, hierarki pengendalian bahaya akan diselidiki secara menyeluruh, dan pedoman akan dirancang.

Langkah-langkah ini bertujuan untuk mengurangi peluang munculnya masalah, bahkan membuatnya lebih mudah untuk dikendalikan.

Contoh kasus:
Dalam konteks penggunaan mesin untuk mengurangi kebisingan, langkah yang diambil termasuk mengatur agar mesin hanya dijalankan selama beberapa jam sebelum dimatikan. Tindakan ini dilakukan untuk mengurangi dampak suara bising sebanyak mungkin.

5. Alat Pelindung Diri

Tahap akhir dalam hierarki pengendalian bahaya melibatkan pemanfaatan Alat Pelindung Diri (APD). APD digunakan untuk melindungi bagian tubuh individu dari risiko atau bahaya di lingkungan kerja.

Pilihan untuk menggunakan tingkatan terakhir ini muncul ketika langkah-langkah pada empat tingkatan sebelumnya tidak dapat diimplementasikan karena berbagai alasan. Dalam situasi seperti itu, penggunaan APD menjadi solusi yang harus diambil.

Tidak hanya itu, APD seringkali lebih ekonomis atau terjangkau, meskipun pada umumnya tidak mampu memberikan perlindungan maksimal. Bahkan setelah menggunakan APD, risiko bahaya tetap ada.

Contoh Kasus:
Dalam proyek konstruksi, khususnya di area yang berpotensi berisiko, pekerja wajib menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti helm untuk melindungi kepala dari benda jatuh atau puing.

Dengan menggunakan APD seperti helm, jika ada bahan yang jatuh dari atas, kepala pekerja tidak akan langsung terpapar dampaknya. Hal ini mengurangi risiko cedera atau masalah serius.

Contoh lain melibatkan APD yang diterapkan oleh tenaga medis di rumah sakit, terutama dalam situasi pandemi yang belum mereda. APD yang melindungi dari penularan Covid-19 juga termasuk dalam tingkatan terakhir dalam hierarki pengendalian bahaya.

Hierarki pengendalian bahaya memegang peranan kunci dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), terutama untuk perusahaan dengan risiko tinggi terhadap kecelakaan atau ancaman keselamatan. Penerapan konsep ini menjadi sangat penting.

Inilah sebabnya mengapa perusahaan perlu memiliki ahli K3 yang kompeten. Dengan begitu, setiap tindakan dapat dianalisis untuk meminimalkan risiko atau bahkan melakukan eliminasi jika diperlukan.

Baca juga:  Mengenal Fungsi Delivery Valve Pada Mesin Diesel : Peran dan Kegunaannya

Dengan menjalankan pendekatan ini secara efektif, risiko terhadap kecelakaan dan kesehatan kerja dapat diminimalisir, dan para pekerja dapat bekerja dengan aman. Pendekatan ini juga mendukung produktivitas perusahaan secara keseluruhan.

Faktor Pertimbangan Dalam Penggunaan Hirarki Pengendalian Bahaya

Pertama, Kalian perlu mempertimbangkan biaya relatif dari setiap pilihan pengendalian yang tersedia. Meskipun beberapa pengendalian mungkin memiliki biaya lebih tinggi, mereka juga dapat mengurangi risiko dengan lebih efektif. Pastikan bahwa pengendalian yang dipilih memberikan manfaat sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.

Kedua, perhatikan keKalianlan dari masing-masing pilihan pengendalian. Beberapa pengendalian mungkin lebih dapat diKalianlkan dibandingkan yang lain, sehingga keKalianlan harus menjadi faktor pertimbangan dalam memilih pengendalian yang akan diimplementasikan.

Ketiga, pertimbangkan kebutuhan untuk menggunakan kombinasi pengendalian, menggabungkan elemen-elemen dari hirarki di atas (seperti perancangan dan pengendalian administratif).

Keempat, bangun praktik pengendalian bahaya yang baik. Organisasi harus dapat memperhitungkan kemampuan mental dan fisik individu atau pekerja.

Kelima, pastikan bahwa organisasi menggunakan teknologi terbaru dan inovatif dalam proses pengendalian bahaya.

Dengan demikian, setiap tingkatan dalam hirarki pengendalian bahaya memiliki tingkat efektivitas yang berbeda, dan beberapa dapat mengeliminasi bahaya secara total, sementara yang lain hanya dapat mengurangi risikonya. Oleh karena itu, evaluasi setiap tingkatan dan penentuan tingkat pengendalian yang paling sesuai untuk situasi tertentu menjadi hal yang penting.

Penutup

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hirarki pengendalian bahaya merupakan suatu langkah strategis yang sangat penting dalam menjaga keamanan dan kesehatan di berbagai sektor. Melalui pemahaman dan implementasi yang baik terhadap hirarki ini, dapat diharapkan bahwa potensi bahaya dapat diminimalkan secara efektif. Keterlibatan seluruh pihak, mulai dari manajemen hingga pekerja lapangan, menjadi kunci utama dalam menjalankan sistem ini dengan optimal.

Oleh karena itu, teruslah mengembangkan budaya keselamatan dan penerapan hirarki pengendalian bahaya sebagai bagian integral dari setiap kegiatan. Dengan demikian, lingkungan kerja yang aman dan sehat dapat terwujud, memberikan dampak positif bagi produktivitas dan kesejahteraan bersama. Demikianlah ulasan dari bengkeltv.id mengenai Hirarki Pengendalian Bahaya, semoga informasi yang telah disampaikan dapat membantu kalian.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *